Kamis, 08 Maret 2012

Metode penafsiran al-qur’an menurut Quraish shihab

Muhammad Iqbal - M. Quraish Shihab adalah seorang pakar tafsir (Al-Qur’an) Indonesia kontemporer garda depan. Perhatian dan keseriusannya terhadap pengkajian Al-Qur’an telah diperlihatkannya sejak kecil. Dalam pengakuannya sendiri, benih kecintaannya terhadap Al-Qur’an telah ditanamkan sejak dini oleh ayahnya, Abdurrahman Shihab (1905-1986), seorang ulama ahli tafsir Makassar yang disegani. Ayahnya sering mengajaknya duduk bersama. Dalam kesempatan itulah sang ayah memberi nasihat-nasihat agama yang belakangan diketahuinya berasal dari Al-Qur’an, Hadis Nabi Saw., perkataan sahabat dan para ulama lainnya.
 Bukti keseriusannya terhadap kajian Al-Qur’an semakin dipertegas lagi dengan karya-karyanya dalam bidang tafsir Al-Qur’an. Sudah puluhan karya tentang Al-Qur’an yang dtitulisnya. Di antaranya yang dapat disebut adalah “Membumikan” Al-Qur’an (1992), Studi Kritis Tafsir al-Manar (1994), Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Mawdhu`i atas Pelbagai Persoalan Umat (1996), Tafsir Al-Qur’an al-Karim (1997), Mukjizat Al-Qur’an (1997) dan Secercah Cahaya Ilahi (2000). Satu karyanya yang monumental adalah Tafsir al-Mishbāh, sebuah tafsir Al-Qur’an berisi lima belas jilid lengkap tiga puluh juz yang ditulisnya secara tahlili.
Gagasan dan pandangan keagamaan Quraish pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam skripturalisme moderat. Ia menekankan pentingnya menafsirkan Al-Qur’an dan merealisasikannya ke dalam realitas masyarakat Muslim. Namun, berbeda dengan skripturalisme yang dikembangkan kelompok Muslim fundamentalis yang sangat berpegang pada teks, Quraish juga sangat memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat yang berkembang.
Latar Belakang Intelektual Quraish Shihab
M. Quraish Shihab berasal dari keluarga ulama-saudagar yang berpengaruh di Ujung Pandang (Makassar). Ayahnya, Abdurrahman Shihab (1905-1986) adalah seorang guru besar dalam bidang tafsir. Selain bekerja sebagai wiraswasta, ayahnya sejak muda juga melakukan kegiatan berdakwah dan mengajar, terutama dalam bidang tafsir.[3] Ayahnya merupakan ulama yang sangat berpengaruh di Makassar dan masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya. Ia pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) pada 1959-1965 dan IAIN (sekarang UIN) Alauddin Makassar 1972-1977.
Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Pebruari 1944. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya dan SMP hingga kelas 2 di Ujung Pandang. Setelah itu, pada tahun 1956, ia berangkat ke Malang untuk melanjutkan pendidikan di Pesantren Darul Hadits al-Fiqhiyyah. Pada tahun 1958 ia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc. (S.1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits Universitas Al-Azhar. Selanjutnya ia mengambil pendidikan S.2 pada fakultas yang sama di Universitas Al-Azhar, dan memperoleh gelar Master (MA) pada tahun 1969 untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Qur’an dengan menulis tesis berjudul Al-I`jāz al-Tasyrī`iy li al-Qu’rān al-Karīm (Kemukjizatan Al-Qur’an dari Segi Hukum).
Sepulangnya dari pengembaraan intelektual di Mesir, 1973, Quraish Shihab memperoleh jabatan sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Alauddin Ujung Pandang. Jabatan ini dipegangnya hingga 1980. Ia juga menjabat sebagai Koordinator Kopertais Wilayah VII Indonesia Bagian Timur dan Pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental.
Merasa tidak puas dengan pendidikan master (S.2), pada tahun 1980 ia kembali berangkat ke almamaternya untuk mengambil gelar doktor. Dua tahun berikutnya ia berhasil menggondol gelar Doktor dengan predikat Summa Cum Laude atau penghargaan Mumtāz ma`a Martabat al-Syaraf al-Ūlā (Penghargaan Tingkat I). Quraish Shihab merupakan doktor pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar demikian.
Sekembalinya ke Tanah Air, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Program Pascasarjana IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beberapa jabatan penting dan strategis pernah diamanahkan kepadanya, di antaranya adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashhih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama (sejak 1989) dan anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1989). Ia juga aktif di kepengurusan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari`ah dan Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan Nasional.
Pada tahun 1992, Quraish Shihab mendapat kepercayaan sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, setelah sebelumnya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik. Lalu, pada tahun 1998, Quraish Shihab diangkat Presiden Soeharto sebagai Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan VII. Namun usia pemerintahan Soeharto ini hanya dua bulan saja, karena terjadi resistensi yang kuat terhadap Soeharto. Akhirnya pada Mei 1998, gerakan reformasi yang dipimpin oleh tokoh seperti Mohammad Amien Rais, bersama para mahasiswa berhasil menjatuhkan kekuasaan Soeharto yang telah berusia 32 tahun. Jatuhnya Soeharto sekaligus membubarkan kabinet yang baru dibentuknya tersebut, termasuk posisi Menteri Agama yang dipegang Quraish Shihab.
Tidak berapa lama setelah kejatuhan Soeharto, pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, Quraish mendapat kepercayaan sebagai Duta Besar RI di Mesir, merangkap untuk negara Jibouti dan Somalia. Ketika menjadi duta besar inilah Quraish menulis karya monumentalnya Tafsir al-Mishbāh, lengkap 30 juz sebanyak 15 jilid satu set. Tafsir al-Mishbāh ini merupakan karya lengkap yang ditulis oleh putra Indonesia, setelah 30 lebih tahun vakum. Selesainya penulisan Tafsir al-Mishbāh ini semakin memperkokoh posisi Quraish sebagai pakar tafsir paling terkemuka di Indonesia, bahkan untuk tingkat Asia Tenggara.
 Sepulangnya dari “kampung halaman” keduanya, setelah menyelesaikan tugas negara sebagai Duta Besar, Quraish Shihab aktif dalam berbagai kegiatan. Ia membentuk lembaga pendidikan dan studi tentang Al-Qur’an bernama Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) di Jakarta. Selain itu, untuk menerbitkan karya-karyanya, ia juga mendirikan penerbit Lentera Hati (nama yang diambil dari salah satu judul bukunya).

Sumber : http://tsaqafah.isid.gontor.ac.id

Tidak ada komentar:

Web Hosting

Awan Kintown